Royal Golden Eagle Menanamkan Kesadaran Bahaya Karhutla Sejak Dini

Image Source: Asian Agri
https://www.asianagri.com/images/articles/penciptaan-nilai-bersama/lingkungan-03.png

Kelestarian alam selalu menjadi prioritas utama bagi Royal Golden Eagle (RGE). Akibatnya, begitu kebakaran lahan dan hutan (karhutla) hadir, RGE merasa perlu berbuat sesuatu. Mereka gencar menyadarkan bahayanya kepada khalayak sebagai langkah antipasi dini.

Harus diakui, karhutla masih menjadi masalah besar di Indonesia. Hampir setiap tahun kejadiannya muncul di berbagai daerah. Tentu saja hal itu menyedihkan. Selain merusak alam, banyak kerugian yang akan diderita.

Pemicu karhutla sangat kompleks. Faktor alam seperti cuaca dapat berpengaruh. Namun, aksi tidak bertanggungjawab manusia juga menjadi penyebabnya. Untuk itu, penyadaran terhadap bahaya karhutla sangat penting.

Sebagai perusahaan peduli lingkungan, Royal Golden Eagle merasa terpanggil untuk melakukan sebuah program penyadaran karhutla, dan bekerja ekstra untuk memberi mengimplementasikan program ini. Hal sudah dilakukan sejak lama ke masyarakat. Namun, baru-baru ini, ragam kegiatan semakin berkembangsalah satunya ke anak-anak.

Royal Golden Eagle merupakan korporasi kelas internasional yang bergerak di bidang sumber daya alam. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1973 dengan nama awal Raja Garuda Mas. Saat ini menaungi delapan perusahaan yang berkecimpung di berbagai industri sumber daya alam atau agrikultur dan kehutanan.

Namun, kelapa sawit menjadi bidang bisnis pertama yang ditekuni. RGE menaungi Asian Agri yang merupakan salah satu produsen kelapa sawit terbesar di Asia. Perusahaan ini bahkan telah ada sejak mereka masih bernama Raja Garuda Mas.

Asian Agri termasuk salah satu anak perusahaan RGE yang gencar mengampanyekan bahaya karhutla kepada masyarakat. Mereka melakukannya melalui beragam cara di antaranya ialah dengan menggelar Ajang Duta Pencegahan Karhutla.

Perhelatan spesial tersebut digelar di SDN 10 / VIII Tuo Sumay, Kecamatan Sumay, Kabupaten Tebo, Provinsi Jambi, pada 18 Oktober 2019. Di sana, melalui unit bisnisnya, PT Rigunas Agri Utama, Asian Agri memberi penyadaran bahaya karhutla kepada para pelajar di desa-desa sekitar perkebunan kelapa sawit.

Ada berbagai materi yang dipaparkan ke para peserta. Beberapa di antaranya adalah sesi pengetahuan dan pengenalan karhutla, manfaat lingkungan, hingga cara menjaga lingkungan tetap sehat.

Para pelajar SD sengaja dibidik oleh Asian Agri sebagai target penyadaran bahaya karhutla. Pasalnya, mereka dinilai efektif dalam menularkan kesadaran serupa ke tengah masyarakat.

Dikatakan oleh Humas PT Rigunas Agri Utama, Ahmad Bastari, para peserta diharapkan memahami bahaya dan dampak dari karhutla. Sesudahnya mereka diajak untuk ikut menjaga lingkungan mulai dari hal-hal yang sederhana. Misalnya menanam pohon, membagikan informasi kepada teman dan memantau kondisi di sekitar tempat tinggalnya agar terhindar dari karhutla.

Hal itu dirasa tepat. Kepala SDN 10/VIII Tuo Sumay, Dedi S, mengakui masih ada masyarakat yang memiliki kebiasaan membuka lahan dengan cara membakar. Mereka mengabaikan dampak negatif kebakaran yang ditimbulkan. Oleh karenanya, Ajang Duta Pencegahan Karhutla diyakini akan meningkatkan pemahaman kepada anak-anak sehingga mereka dapat ikut mencegah tindakan para orang tua yang membakar lahan.

Sementara itu, Crew Leader Desa Bebas Api (DBA) Tuo Sumay, Bukhari menyatakan sosialisasi bahaya karhutla ke anak-anak semakin menambah aktivitas perlindungan alam yang dilakukan oleh Asian Agri. “Di Kabupaten Tebo ini baru Asian Agri yang benar-benar peduli dengan pengendalian dan pencegahan terhadap karhutla. Mereka sudah memelopori banyak hal. Mulai dari pembentukan desa binaan Desa Bebas Api, lalu bersama dengan pemerintah menyiapkan tim tanggap darurat kebakaran lingkungan dan membentuk Masyarakat Peduli Api (MPA), serta membina para murid SD.”

Asian Agri memang telah melakukan berbagai upaya dalam mencegah agar karhutla tidak terjadi. Terkait manajemen api, unit bisnis Royal Golden Eagle ini memiliki dua kegiatan utama, yakni menerapkan kebijakan tanpa bakar dan menggelar Program Desa Bebas Api.

DETAIL MANAJEMEN API

Image Source: Asian Agri
https://www.asianagri.com/images/articles/penciptaan-nilai-bersama/RGE_AA_Antoni_PremSharing-47.JPG

Dalam meminimalkan kejadian karhutla dan melindungi alam, Asian Agri memiliki program tanpa bakar. Langkah pertama dalam pengelolaan bahaya api dimulai dari meniadakan pembakaran dalam operasional perusahaan.

Asian Agri konsisten menerapkan kebijakan tanpa bakar. Mereka bahkan menjadi salah satu pelopor dalam memperkenalkan operasional tanpa bakar pada tahun 1994. Selanjutnya langkah tersebut menjadi komitmen bagi anak perusahaan RGE ini hingga kini.

Untuk melakukannya, Asian Agri melakukan berbagai upaya. Mereka menggunakan izin mekanik selama proses pembukaan lahan. Itu tidak hanya diterapkan di dalam perusahaan, namun juga ke seluruh rantai pasok perusahaan. Asian Agri sampai tercatat memiliki perjanjian kontrak dengan pihak ketiga untuk menegakkan kebijakan.

Bukan hanya itu, Asian Agri juga membuat prosedur tanggap darurat untuk mengantisipasi potensi kebakaran di perkebunannya. Di dalamnya terdapat informasi daftar dan kontak dari personel yang bertanggung jawab untuk menghadiri keadaan darurat tersebut serta nomor kontak dari Dinas Pemadam Kebakaran lokal.

Secara khusus, Asian Agri membentuk tim khusus yang melakukan pemantauan titik api untuk risiko kebakaran yang terjadi di dalam perkebunannya. Tim tersebut didedikasikan semata untuk mengawasi karhutla disekitar area perkebunan. Bahkan, mereka melengkapinya dengan pemanfaatan teknologi, Asian Agri rutin melakukan pemantauan titik api menggunakan satelit.

Untuk mempermudah kinerja penanggulangan karhutla, infrastruktur untuk meresponsecara efektif sudah dibangun di sejumlah titik di Riau. Sirene akan berbunyi jika terjadi kebakaran dan terdapat tanda Titik Berkumpul di mana karyawan berkumpul jika terjadi kebakaran. Alat-alat pemadaman pun selalu diperiksa secara berkala sehingga terus dapat berfungsi setiap saat.

Pemadam kebakaran juga telah ditempatkan di berbagai lokasi strategis. Mereka telah punya kemampuan pemadaman api secara profesional setelah mendapat pelatihan dari Dinas Pemadam Kebakaran.

Asian Agri melengkapi manajemen api dengan Program Desa Bebas Api. Diprakarsai oleh sesama anggota Royal Golden Eagle, APRIL Group, pada 2014, program ini memberdayakan dan memberi insentif kepada desa yang berpartisipasi untuk mengadopsi kebijakan tanpa bakar untuk mengelola lahan.

Efektivitas Program Desa Bebas Api dinilai tinggi. Tingkat karhutla di desa yang bergabung turun drastis atau hilang sama sekali. Tidak heran, kegiatan ini telah diperluas untuk mencakup lebih banyak desa lain.

Program juga ditambah dengan aktivitas lainnya. Ada kampanye penghilangan praktik tebang bakar di masyarakat. Selain itu, terdapat pula kegiatan penyadaran masyarakat tentang dampak buruk karhutla terhadap lingkungan.

Saat ini, Asian Agri telah memetakan 7 desa di Riau dan 3 lainnya di Jambi untuk mengikuti program ini pada tahun 2016. Jumlah tersebut terus berkembang hingga kini. Akibatnya lahan yang dilindungi dari ancaman karhutla semakin luas.

Langkah-langkah yang dilakukan oleh Asian Agri untuk mencegah karhutla merupakan bagian dari upaya penerapan prinsip kerja di Royal Golden Eagle. Pendirinya, Sukanto Tanoto, ingin mendukung industri kelapa sawit yang berkelanjutan. Perusahaan konsisten melakukannya sejak masih bernama Raja Garuda Mas sampai bertransformasi menjadi RGE.

Secara khusus, Sukanto Tanoto mengharapkan segenap pihak di RGE agar mampu berguna bagi masyarakat (Community), negara (Country), iklim (Climate), pelanggan (Customer), sehingga akan baik bagi perusahaan (Company).

Saat ini Asian Agri dikenal sebagai salah satu produsen kelapa sawit terdepan di Indonesia. Dengan kapasitas produksi mencapai 1,2 juta metrik ton per tahun, mereka merupakan pemain penting di industrinya. Namun, anak perusahaan RGE ini juga mampu menjadi teladan bagi perusahaan lain karena konsisten melakukan perlindungan alam.





Lebih baru Lebih lama