Mengenal Jenis-Jenis Makanan Ultra-Proses dan Bahayanya bagi Kesehatan


KURAZONE ~ Dikutip dari 2 studi terkini yang pernah dimuat dalam British Medical Journal edisi Mei 2019 yang menemukan fakta mencengangkan mengenai bahaya di balik konsumsi makanan ultra-proses. Disana telah disebutkan bahwa diet yang memiliki tinggi kandungan makanan ultra-proses dapat meningkatkan risiko kematian prematur hingga 60%.
Studi pertama dilakukan yang para pakar dari Universitas Paris-Sorbonne. Mereka menelusuri pola diet dan kematian pada hampir 45.000 orang Prancis berusia paruh-baya. Ditemukan, setiap peningkatan 10 persen konsumsi makanan ultra-proses berhubungan dengan meningkatnya kejadian penyakit jantung dan stroke, serta naiknya risiko kematian hingga 14 persen dalam waktu 8 tahun.

Pada studi kedua yang dilakukan di Spanyol, peneliti menemukan risiko kematian lebih tinggi 62 persen pada individu yang mengonsumsi lebih dari empat porsi ketimbang dua porsi makanan ultra-proses per harinya.

Dua studi ini memberi gambaran bahwa konsumsi makanan ultra-proses berbahaya bagi kesehatan.
Namun, apakah kalian sudah mengetahui jenis makanan apa saja yang tergolong dalam Makanan Ultra-Proses serta bahaya yang ditimbulkan untuk kesehatan? Mari kita simaks ulasan berikut ini.

Jenis-Jenis Makanan Ultra-Proses

Istilah makanan ultra-proses sesungguhnya relatif baru. Pada 2016, Carlos Monteiro, seorang ahli gizi dari Brasil, membuat sistem penggolongan makanan sesuai tingkat pengolahannya yang disebut NOVA food groups. Kini, sistem NOVA food groups banyak digunakan dalam industri makanan. Menurut penggolongan NOVA, ada empat grup makanan, yakni:

Makanan Ultra-Proses Grup 1


Yang termasuk ke dalam grup ini adalah makanan yang tidak atau hanya diproses secara minimal, seperti buah-buahan, sayur-sayuran, kacang-kacangan, daging, susu, dan telur. Tidak diproses artinya dapat dimakan apa adanya, seperti bagian biji, buah, daun, batang atau akar dari tanaman, atau susu dan telur dari hewan. 

Adapun diproses secara minimal berarti telah dihilangkan bagian-bagian yang tak bisa dimakan atau tak diinginkan. Prosesnya dapat berupa pembekuan, pendidihan, pengalengan, pengemasan vakum, dan pasteurisasi. Namun, tidak dilakukan penambahan zat aditif ke dalam makanan-makanan ini.

Makanan Ultra-Proses Grup 2


Semua bahan yang diproses menjadi produk untuk memasak atau memberi bumbu pada masakan termasuk ke dalam grup ini. Contohnya, minyak, mentega, gula, dan garam. Sebagian besar dari bahan-bahan ini tidak mengandung zat aditif, kecuali zat-zat yang digunakan untuk menjaga sifat bahan aslinya.

Makanan Ultra-Proses Grup 3


Grup ini terdiri dari buah dan sayuran yang diawetkan, seperti ikan asin, ikan kalengan, keju dan roti. Umumnya, makanan dalam grup ini terbuat dari dua atau tiga bahan, yang berasal dari kombinasi makanan dalam grup 1 dan 2.

Dalam grup ini, pengolahan makanan maupun penambahan zat aditif ditujukan untuk menjaga kualitas bahan makanan asli, mencegah kontaminasi kuman, memodifikasi, atau membuatnya menjadi lezat.

Makanan Ultra-Proses Grup 4


Di sinilah makanan ultra-proses berada. Contohnya cokelat, es krim, minuman bersoda, makanan siap saji, sup bubuk, camilan dalam kemasan, daging yang dilarutkan, dan makanan beku yang telah dimasak sebelumnya. Makanan dari grup 1 dan 3, yang mengandung zat aditif yang bersifat kosmetik atau penguat rasa seperti yoghurt dengan pemanis buatan, juga termasuk ke dalam grup ini.

Secara umum, makanan dalam grup ini hanya sedikit sekali atau bahkan tidak mengandung bahan makanan dari kelompok 1. Ciri lainnya adalah tinggi gula, garam, dan lemak, serta mengandung pemanis buatan, pewarna, penstabil warna, perisa, penguat rasa, pengemulsi, dan pengawet. Proses pembuatannya pun sepenuhnya menggunakan mesin.

Dalam hal rasa, makanan ultra-proses terasa sangat lezat dan gurih. Kemasannya pun unik dan menarik, serta dipasarkan secara agresif kepada anak dan remaja.

Bahaya / Dampak Mengkonsumsi Makanan Ultra-Proses

Yang membuat makanan ultra-proses tidak sehat bukan hanya kandungan zat gizi yang dianggap berisiko. Namun, terkait dengan perubahan fisik dan kimia yang terjadi akibat proses pengolahan tingkat tinggi.

Para pakar menyebutkan bahwa ini merupakan faktor risiko tersendiri di luar tingginya kadar gula, garam dan lemak di dalam makanan ultra-proses. Ini artinya, beberapa jenis makanan—karena sangat diproses—tidak akan menjadi lebih baik, meski kandungan gizinya telah dimodifikasi menjadi lebih sehat.

Dengan kata lain, mengurangi gula, garam, dan lemak atau menambahkan serat serta zat gizi lain ke dalam makanan ultra-proses tidak akan cukup untuk membuatnya menjadi makanan sehat. Terlalu sering mengonsumsi makanan dalam kemasan atau pangan ultra proses bisa mengganggu tumbuh kembang pada anak hinga menyebabkan penyakit diabetes.
Pangan ultra proses adalah jenis pangan dengan penambahan alias food additives yang meliputi; gula, garam, lemak, perisa, dan penguat rasa.
Yang membuat makanan ultra-proses tidak sehat bukan hanya kandungan zat gizi yang dianggap berisiko. Namun, terkait dengan perubahan fisik dan kimia yang terjadi akibat proses pengolahan tingkat tinggi.

Para pakar menyebutkan bahwa ini merupakan faktor risiko tersendiri di luar tingginya kadar gula, garam dan lemak di dalam makanan ultra-proses. Ini artinya, beberapa jenis makanan—karena sangat diproses—tidak akan menjadi lebih baik, meski kandungan gizinya telah dimodifikasi menjadi lebih sehat.

Dengan kata lain, mengurangi gula, garam, dan lemak atau menambahkan serat serta zat gizi lain ke dalam makanan ultra-proses tidak akan cukup untuk membuatnya menjadi makanan sehat.

Menurut Ahli Gizi

Ahli Gizi dr. Tan Shot Yen menjelaskan, pangan ultra proses yang sangat marak dikonsumsi memang lebih disukai lidah. Adapun proses pengolahan industri pangan ini dibuat untuk menyerupai pula keaslian bahan alaminya.
“Beberapa contoh roti, sereal, pangan kemasan seperti coklat, pasta, biscuit, permen, es krim, margarin, selai, yoghurt dengan berbagai rasa,” ujar dr. Tan Shot Yen kepada Bisnis, Senin (4/5/2020).
Dia menyatakan ada beberapa masalah pangan ultra proses antara lain; pencetus obesitas, pencetus gangguan gizi pada anak tumbuh kembang, pencetus penyakit tidak menular (PTM) seperti diabetes, hipertensi dan sindroma metabolik.

Masalah lain yang diciptakan mudah didapat, praktis, ekonomis, dirancang untuk menciptakan kecanduan, dianggap penyokong pertumbuhan ekonomi dan industri. Selain itu pangan jenis ini lebih banyak membidik kelompok masyarakat menengah ke bawah.

Baca Juga : Cara Mengenali Makanan Ultra-Proses dan Waktu yang Pas Mengkonsumsinya

Secara umum, Tan menilai tidak ada masalah jika pangan ultra proses ini dikonsumsi. Namun Tan menegaskan pentingnya mengubah pola makan dari kebiasaan makan ketergantungan pada makanan ultra proses dengan makanan alami.
“Istilahnya ini bukan anti makanan industri, tapi soal tepat guna. Silakan makan makanan kemasan, kalau kepepet, misal sedang camping, naik gunung, kebanjiran. Jadi harus bedakan situasi kepepet dengan mau praktis saja,” ujarnya.
Dia menilai kebiasaan makan praktis adalah kebiasaan makan dagangan orang ketimbang mengutamakan “makanan orang”. Sebagai contoh dia memerinci, “makanan orang antara lain”; yang mau dimakan ada dulu, jumlahnya lebih banyak dari yang makan, dimakan sebagai kebutuhan, memenuhi kebutuhan, tidak butuh pembelaan ahli karena sudah baik dari asal mulanya, tidak butuh daftar komposisi, dan memenuhi prinsip kodrat.

Sebaliknya, persepsi kebiasaan makanan “dagangan orang” misalnya; orang yang makan ada dulu, jumlahnya tergantung permintaan, dijual agar kecanduan, memenuhi prinsip ekonomi, butuh pembelaan dan penjelasan agar nampak efek sehat layak konsumsi, ada persyaratan label dan komposisi, serta sejalan dengan prinsip teknokrat yaitu tepat, cepat, akurat, efisien, praktis, dan murah.

Referensi :
https://www.klikdokter.com/info-sehat/read/3629507/mengenal-makanan-ultra-proses-dan-bahayanya-pada-kesehatan
https://lifestyle.bisnis.com/read/20200504/106/1236301/ini-risiko-konsumsi-makanan-dalam-kemasan-terlalu-sering





Lebih baru Lebih lama