Pengertian Resesi Ekonomi, Ciri-Ciri, Penyebab dan Dampaknya


KURAZONEPengertian Resesi Ekonomi, Ciri-Ciri, Penyebab dan Dampaknya | Semenjak virus corona menyerang dunia ini, kata resesi sering kali disebut, dan membuat cemas semua orang. Resesi sendiri merupakan penurunan aktivitas ekonomi secara signifikan dan berlangsung setidaknya dalam dua kuartal beruntun.

Suatu negara dikatakan mengalami resesi jika produk domestic bruto (PDB) mengalami kontraksi atau minus dalam 2 kuartal beruntun secara tahunan atau year-on-year (YoY). Sementara jika PDB minus 2 kuartal beruntun secara kuartalan atau quarter-on-quarter (QoQ) disebut sebagai resesi teknikal.




PENGERTIAN RESESI EKONOMI

Resesi ekonomi adalah kondisi perekonomian sebuah negara dan rakyatnya sedang memburuk. Ditandai oleh berkurangnya produksi, melemahnya pendapatan, meroket atau merosotnya harga barang, dan bertambahnya pengangguran. Resesi juga dapat didefinisikan sebagai kondisi ketika pertumbuhan ekonomi riil bernilai negatif atau ketika produk domestik bruto (GDP/PDB) mengalami penurunan selama dua kuartal berturut-turut atau lebih.

Dalam buku Ekonomi Makro (2020) karya Abdul Rahman Suleman, resesi ekonomi adalah penurunan signifikan dalam kegiatan ekonomi yang berlangsung selama berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Resesi terjadi ketika ekonomi suatu negara mengalami produk domestik bruto (PDB) negatif.

Resesi dianggap sebagai bagian tak terhindarkan dari siklus bisnis yang terjadi dalam ekonomi suatu negara. Resesi ekonomi memberikan pengaruh kepada penurunan pada seluruh kegiatan ekonomi, seperti investasi, lapangan pekerjaan, dan penurunan keuntungan perusahaan. Dalam sebuah perekonomian, semakin lama situasi resesi ekonomi berlangsung akan berakibat pada terjadinya depresi ekonomi.
Depresi ekonomi ini akan mendorong terjadinya istilah economy collapse atau kebangkrutan dalam ekonomi yang mana akan menyebabkan suatu keterpurukan ekonomi yang akan lebih panjang lagi atau memasuki siklus depresi. Dalam siklus ekonomi resesi, harga saham perusahaan yang membuat produk tahan lama akan berjatuhan, sedangkan saham emiten yang membuat produk tidak tahan lama, harganya relatif stabil.




CIRI-CIRI RESESI EKONOMI

Ciri-ciri atau tanda-tanda suatu perekonomian negara akan mengalami resesi ekonomi dapat dilihat melalui kriteria dibawah ini :
  1. Indeks bursa efek turun terus menerus
  2. Banyak barang ditawarkan
  3. banyak kredit ditawarkan 
  4. Mulai pemutusan hubungan kerja 
  5. Mulai penutupan usaha 
Indikator ini disebut leading indicator pasar ke arah bearish market. Penurunan kegiatan ekonomi mungkin hanya berlangsung beberapa bulan, biasanya kurang dari enam bulan. Kemudian membaik kembali, sehingga belum masuk siklus resesi ekonomi. Namun, jika setelah enam bulan krisis ekonomi masih belum membaik, maka dikatakan sedang memasuki siklus resesi.

MASA TERJADINYA RESESI EKONOMI

Resesi ekonomi dapat terjadi beberapa bulan sebelum membaik atau pulih kembali. Apabila resesi sudah berjalan 18 bulan dan ternyata belum pulih juga, maka hal tersebut merupakan tanda krisis ekonomi akan lebih parah. Selain itu, jika sudah melewati 18 bulan dan belum selesai atau belum ada tanda-tanda akan membaik, berarti siklus akan memasuki depresi ekonomi.



PENYEBAB TERJADINYA RESESI EKONOMI

Resesi memang tak datang dengan sendirinya. Ada cukup banyak faktor yang menjadi penyebabnya. Beberapa di antaranya sebagai berikut :

Inflasi

Faktor yang satu ini sering kali menjadi momok bagi pertumbuhan ekonomi. Memang, ada kalanya inflasi dibutuhkan agar perekonomian tetap stabil. Namun, pada kondisi tertentu inflasi yang terlalu tinggi justru menurunkan daya beli masyarakat. Akibatnya, jumlah barang dan jasa yang mampu dibeli dengan jumlah uang yang sama seperti sebelumnya semakin sedikit. Terjadinya inflasi dipicu oleh biaya produksi yang meningkat, biaya energi yang lebih tinggi, dan utang nasional.

Inflasi jelas mengacu pada kenaikan harga barang dan jasa selama periode tertentu. Ketika inflasi terjadi, masyarakat cenderung lebih berhati-hati dalam membelanjakan uangnya. Mereka akan mengurangi pengeluaran dan menabung lebih banyak. Pembatasan pengeluaran ini tentu saja berpengaruh pada pemangkasan biaya produksi oleh produsen barang dan jasa. Artinya, tingkat pengangguran kemungkinan besar meningkat sebagai akibat dari kebijakan perusahaan dalam melakukan efisiensi. Kombinasi dari dampak inflasi inilah yang menyebabkan ekonomi jatuh ke dalam resesi.

Hilangnya kepercayaan dalam investasi

Untuk menjalankan roda perekonomian dan mengembangkannya, otoritas setiap negara dituntut mampu menciptakan iklim investasi yang kondusif baik dari segi keamanan maupun proyek-proyek yang strategis. Tujuannya, agar dapat menarik minat investor untuk berinvestasi. Namun, apa jadinya jika pertumbuhan ekonomi justru memicu hilangnya kepercayaan untuk berinvestasi? Tentu akan banyak investor yang menarik dananya.

Hilangnya kepercayaan dalam berinvestasi mengakibatkan pertumbuhan ekonomi melambat. Bisnis lesu, sehingga banyak produsen yang mengurangi volume produksi. Lagi-lagi hal ini berdampak pada tingkat pengangguran yang meningkat. Jika sudah demikian, maka pemerintah dan bank sentral harus turun tangan dalam menciptakan kebijakan yang mampu memulihkan kembali kepercayaan berinvestasi.

Suku bunga tinggi

Faktor yang satu ini memang tak bisa lepas dari sektor ekonomi. Di satu sisi, kenaikan suku bunga dimaksudkan untuk melindungi nilai mata uang. Namun di sisi lain, peningkatan suku bunga yang terlalu tinggi justru membebani para debitur, sehingga mengakibatkan terjadi kredit macet. Kredit macet dalam jumlah besar jelas akan berdampak sistemik pada dunia perbankan. Ketika dunia perbankan kolaps, terjadilah resesi.

Jatuhnya pasar saham

Faktor ini memiliki keterkaitan dengan hilangnya kepercayaan berinvestasi. Ketika para investor kehilangan kepercayaannya terhadap kemampuan perusahaan mengelola modal, termasuk terhadap kemampuan pemerintah dalam menciptakan iklim investasi yang kondusif, maka penarikan dana atau modal besar-besaran dari pihak ketiga mungkin saja terjadi. Hal ini bisa berakibat pada jatuhnya pasar saham. Jika hal tersebut sampai terjadi, maka resesi tak lagi bisa dihindari.

Jatuhnya harga dan penjualan rumah

Properti baik berupa rumah, tanah, maupun apartemen merupakan aset yang nilainya cenderung naik dari tahun ke tahun. Tak heran jika banyak orang yang menjadikannya sebagai investasi. Namun, ada kalanya nilai properti jatuh sehingga pemilik kehilangan ekuitas. Hal ini memaksa pemilik properti untuk membatasi dan mengurangi pengeluaran, karena kemungkinan kecil untuk mengambil hipotek atau memperoleh pinjaman dengan jaminan aset tersebut.

Jatuhnya harga dan penjualan rumah akibat nilai properti yang terpuruk tak hanya merugikan pemilik properti saja, tetapi juga berimbas pada perbankan. Bank akan kehilangan uang pada derivatif yang didasarkan pada nilai properti. Akibatnya, hal ini bisa berakhir pada penyitaan aset, yang bisa menjadi penyebab dari terjadinya resesi.

Kebijakan pemerintah

Sejatinya pemerintah dituntut untuk berupaya menyejahterakan rakyatnya melalui kebijakan-kebijakan ekonomi yang melindungi perekonomian rakyat. Namun, tak selalu kebijakan pemerintah membuahkan kesejahteraan bagi rakyatnya. Artinya, ada kalanya pemerintah salah dalam mengambil kebijakan ekonomi.

Misalnya saja kebijakan impor bahan pangan yang berlebihan, pembangunan yang mengandalkan utang luar negeri, penghapusan regulasi terkait dengan kelestarian lingkungan, penghapusan pajak barang-barang mewah, dan lain sebagainya. Kesalahan dalam mengambil kebijakan ekonomi akan berdampak pada penerapan strategi yang salah pula. Alih-alih mencapai pertumbuhan ekonomi yang meroket, tetapi justru merosot.

Deflasi

Deflasi merupakan kebalikan dari inflasi. Meski demikian, bukan berarti deflasi baik bagi perekonomian suatu negara. Ketika harga barang dan jasa menurun dari waktu ke waktu, dampak yang ditimbulkan bisa jadi lebih buruk dibandingkan inflasi. Dengan turunnya harga barang dan jasa di satu sisi akan lebih mempermudah masyarakat untuk membelinya. Namun, kenyataannya masyarakat justru menunggu turunnya harga barang dan jasa pada titik yang lebih rendah. Akibatnya, permintaan terhadap barang dan jasa tersebut turun, sehingga terjadinya resesi.



DAMPAK RESESI EKONOMI

Saat resesi menghantam perekonomian suatu negara, maka terjadi kelesuan aktivitas ekonomi hampir di semua sektor. Bisnis stagnan, tidak berkembang, bahkan menurun sehingga harus mengurangi proses produksi, bahkan tak jarang diikuti dengan pemutusan hubungan kerja untuk membatasi risiko kerugian yang lebih besar. Iklim investasi menjadi tidak kondusif sebab tingkat pengeluaran dan investasi tak lagi terukur di tengah ketidakpastian kondisi ekonomi. Ini jika dilihat secara makro.

Tak hanya makro, tanda-tanda resesi pun terjadi pada tingkat mikro. Salah satu di antaranya adalah turunnya margin perusahaan yang disebabkan oleh rendahnya penjualan atau investasi. Hal ini berimbas pada efisiensi produksi, di mana perusahaan-perusahaan akan memangkas kegiatan produksinya. Secara lebih lanjut, kondisi ini jelas akan berdampak pada pengurangan kompensasi atau upah tenaga kerja, bahkan berakhir pada PHK massal. Akibatnya, daya beli menurun sehingga tingkat permintaan terhadap barang dan jasa pun turun drastis.

Sumber :
https://www.simulasikredit.com/faktor-faktor-penyebab-resesi/
https://www.kompas.com/skola/read/2020/07/25/183712869/apa-itu-resesi-ekonomi





أحدث أقدم